Rasulullah SAW mendefinisikan “takbur” sebagai sikap “menolak kebenaran dan merendahkan orang lain”.
Pengertian itu Nabi sampaikan kepada orang yang mempertanyakan sikap salah seorang sahabat yang suka memakai baju dan sendal bagus.
Sabda Nabi : Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Takbur adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain”.
Takbur sangat berbahaya bagi manusia. Ia merupakan kesalahan pertama yang dilakukan makhluk Allah (iblis) di dunia ini, yang menyebabkannya diusir dari syurga. Pada kenyataannya takbur itu menyebabkan hal-hal berikut ini :
1. Jauh dari kebenaran. Firman Allah :
“ Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku” 7:146
2. Dikunci mati hatinya. Firman Allah :
“Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang” 40:35
3. Mendapat kegagalan dan kebinasaan. Firman Allah :
“..dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala” 14:35
4. Tidak disukai Allah. Firman Allah :
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong” 16: 23
5. Tidak akan masuk syurga. Sabda Nabi saw :
“Tidak akan masuk sorga orang yang di hatinya ada sebiji sawi kesombongan”
6. Akan menjadi penghuni neraka Jahannam.
“ Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku(berdoa) akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina” 40: 60
Bagi sesiapa yang memiliki sifat sombong, maka ia akan ditutup hatinya dari berakhlak mulia, antara lainnya :
- Tidak akan mencintai sesama muslim sebagaimana ia mencintai diri sendiri. ia selalu memandang orang lain lebih rendah dari dirinya sendiri.
- Tiada sifat rendah hati atau randah diri, kerana selalu merasa lebih baik.
- Tidak akan dapat meninggalkan rasa dendam, karena merasa mampu membalas pihak yang telah merugikannya.
- Tidak dapat berlaku jujur. Kerana untuk menutupi kekurangan yang dimilikinya ia akan berdusta.
- Tidak akan dapat mengawal perasaan marah. Kerana merasa mampu melampiaskannya atau melepaskannya terhadap orang lain.
- tidak dapat menjauhkan diri daripada sifat hasad dengki.
- Tidak dapat menerima nasihat dengan baik.
- sentiasa memandang rendah terhadap orang lain.
Ini adalah bentuk takbur yang terburuk, seperti mana yang pernah dilakukan oleh Namrud, Fir’aun dan sejenisnya.
Bersikap tinggi hati, menolak dari mengikuti dan mematuhi ajaran yang disampaikan Nabi saw, kerana menganggapnya sebagai manusia biasa, Seperti yang dinyatakan kaum kafir Quraisy kepada Nabi : “Bagaimana kami boleh duduk di sisimu wahai Muhammad, sedangkan yang ada di sampingmu adalah orang-orang faqir”
- Takbur terhadap sesama manusia
Iaitu dengan membangga diri dan merendahkan orang lain. Takbur ini meskipun tidak seberat yang pertama dan kedua, namun masih sangat berbahaya karena :
- Kebesaran dan kehormatan hanya milik Allah, selainnya lemah dan terbatas.
- Apabila seseorang takbur, ia merampas salah satu sifat kebesaran Allah.
Sacara umumnya bagi orang yang sombong adalah orang yang memiliki kebanggaan diri, kerana memiliki sifat,kemampuan atau prestasi lebih dari yang lain.
Takabbur karena ilmu sangat mudah terjadi, iaitu dengan munculnya perasaan lebih mulia dari orang lain. Atau merasa telah mendapatkan tempat mulia di sisi Allah dengan ilmunya. Ia lebih risaukan orang lain daripada diri sendiri. Kesombongan kerana ilmu ini mudah terjadi disebab dua perkara :
- ilmu yang dipelajari bukan ilmu hakiki. Kerana hakikat ilmu adalah yang mampu memperkenalkan manusia akan Rabb-nya, keadaan ketika bertemu Allah dan hijab yang menghalanginya dari Allah. Ilmu yang demikian akan melahirkan sikap tawadhu’(rendah hati) bukan takabbur.
- keadaan hati yang kotor saat menuntut ilmu, sehingga salah niatnya dan jadilah takbur dengan ilmu yang dipelajarinya.
Orang yang masuk dalam kehidupan zuhud (tumpuan dalam amal ibadah) tidak terkecuali terbebas dari takbur. contohnya dengan zuhudnya itu, merasa lebih layak dikunjungi daripada mengunjungi. Lebih layak dibantu daripada membantu, menganggap orang lain sengsara di neraka dan merasa hanya dirinya yang selamat.
“Jika kamu mendengar ada orang yang berkata : “Binasa semua manusia” maka dialah yang paling dahulu binasa.”
Dengan pernyataan ini ia membanggakan diri dan merendahkan orang lain.
3. Hasab (kedudukan) dan Nasab (keturunan)
Orang yang berasal dari keluarga terhormat mudah merendahkan orang lain yang datang dari keluarga bukan terhormat, meskipun orang itu lebih baik ilmu dan amalnya, dan bahkan takbur kerana faktor ini sering kali membuat ia menganggap orang lain sebagai hambanya atau tidak setaraf dengannya, dan rasa keberatan untuk bergaul dengan mereka.
Dari Abu Dzarr ra berkata:
Suatu hari pernah aku bersengketa dengan seseorang (Bilal) di hadapan Nabi. Lalu aku berkata kepada orang itu “Hai anak hitam”.
Nabi segera memotong ucapanku:
“Hai Abu Dzarr, tiada lebih baik orang putih dari yang hitam, kecuali dengan taqwa”.
Mendengar itu saya berbaring dan mempersilakan Bilal untuk menginjak-injak muka saya.
Dalam hadis di atas, Rasulullah segera menegur orang yang merasa lebih baik keturunannya. Dan Abu Dzarr segera bertaubat menyesali perbuatannya.
4. Al Jamal (ketampanan/kecantikan)
Takbur kerana faktor ini lebih banyak terjadi, terwujud dalam celaan, atau terhadap kekurangan pihak lain.
Takbur ini terjadi kerana merasa lebih kaya dan merendahkan orang yang dipandang kurang kaya dengan ucapan maupun sikap-sikap lainnya. Seperti ungkapan : “wang belanja anak saya sehari, cukup kamu makan seumur hidupmu, dll.
Hal ini terjadi kerana ketidak tahuannya akan fadhilah (keutamaan) orang miskin dan bahaya kekayaan. Seperti yang pernah terjadi kepada Qarun yang akhirnya binasa bersama hartanya.
Kekuatan dan kegagahan dapat memunculkan takbur atas mereka yang lemah dan tidak berdaya.
7. Al Atba’ (pengikut/pendukung)
Banyaknya pengikut, pendukung, murid, keluarga, kerabat, dsb. sering memunculkan kesombongan pada orang yang memilikinya. Seeorang menjadi takbur kreana ramai pengikutnya, dll.
Secara umum, setiap nikmat yang boleh dianggap sebagai nilai(lebih) pada seseorang boleh terdedah kepada lahirkan benih takbur pada dalam diri seseorang itu.
Takbur adalah penyakit berbahaya yang boleh menyerang siapa sahaja. Pencegahan dan pemberantasan penyakit ini harus dilakukan dengan serius. Pengobatan intensif terhadap pengidap penyakit ini harus dilakukan dengan cermat dan seksama.
Terdapat dua tahap utama dalam melakukan terapi sifat takbur, yaitu :
1. mencabut akar dan pohonnya dari hati.
- Untuk mencabut pohon takabbur beserta akar-akarnya diperlukan dua kekuatan, yaitu ilmu dan amal.
Ilmu yang diperlukan dalam situasi ini adalah ma’rifatunnafsi (mengenal diri sendiri) dan ma’rifatullah (mengenal Allah). Dua hal ini sudah cukup untuk mencabut akar takbur dari hati manusia. Sebab jika seseorang sudah mengenali dirinya sendiri dengan pengenalan yang benar, maka ia akan sedar bahawa ia adalah makhluk hina, lebih lemah dari lainnya, lebih miskin dari siapapun jua. Tidak ada yang penting baginya kecuali rendah diri kepada sesama manusia. Dan jika ia mengenali Allah dengan sebenarnya maka akan diketahuinya bahawa tidak ada yang layak untuk takbur terhadap Allah – Allahu Akbar.
Amal yang diperlukan adalah sikap tawadhu’ kepada sesama manusia kerana Allah, dengan sentiasa meneladani akhlak orang-orang soleh sebelumnya seperti akhlak Rasulullah SAW yang makan duduk di atas tanah (tanpa kerusi) dan mengatakan :
”Sesungguhnya aku adalah hamba biasa yang makannya seperti hamba lainnya”
Tawadhu’ tidak cukup dengan ilmu, ia harus bersama amal. Dari itulah rukun Islam utama setelah syahadat adalah menegakkan solat kerana dalam solat itu terdapat banyak rahsia hidup dan yang terpenting adalah pembiasaan agar seorang muslim yang mendirikan solat dengan ruku’ dan sujudnya terbiasa tawadhu’ serta tidak lagi sombong.
Ada pelbagai cara yang dapat digunakan untuk menguji keberadaan takbur pada diri seseorang itu, antaranya:
- Berbincang sesuatu perkara dengan sesama teman. Jika kebenaran muncul dari orang lain, bagaimanakah tanggapannya, keberatan atau menerima dengan terbuka dan mudah.
- kesanggupan dalam memenuhi undangan orang miskin.
- Membawa keperluan sendiri, keluarga, atau sahabat dari pasar atau tempat lainnya sampai rumah. Jika keberatan maka ada takbur. Jika mahu kerana terpaksa maka itu kemalasan. Jika mahu kerana disaksikan ramai orang maka itu riya’.
Inilah beberapa situas berkumpulnya riya’ dan takbur pada seseorang. Jika dalam keadaan ramai orang maka riya’ ikut terjebak, jika dalam kesepian takbur terus mengintai.
Dengan mengenali keburukan kita kenali kebaikan. Dan dengan mengenali penyakit kita temukan ubatnya.